- 03 July 2018
- Administrator
Sebagian pelajar atau mahasiswa mungkin menganggap bahasa Asing (terutama bahasa Inggris) adalah salah satu ilmu sosial yang sulit dikuasai selain ilmu-ilmu eksakta semisal Matematika. Lalu bagaimana jika seseorang mampu menguasai keduanya?sudah pasti akan menjadi pribadi yang luar biasa. Berawal dari keinginannya untuk studi lanjut, alumni Prodi Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo tahun 2014 ini justru berhasil mendapatkan beasiswa master Matematika di Khon Kaen University Thailand.
Perjalanan panjang Dara pemilik nama lengkap Ika Tri Munawaroh ini memang tak semulus jalanan protokol di kota-kota besar. Ika (begitu ia biasa disapa) harus berkunjung rutin ke Perpustakaan yang ada di Yogyakarta selama setahun. Semenjak menamatkan program sarjananya, Ika memang hijrah ke kota Gudeg serta menjadi salah satu freelancer di Balai Diklat untuk Tenaga Pendidik dan Kependidikan Matematika yang ada di kota tersebut.
“ Saya tidak pernah membayangkan bisa kuliah ke luar negeri”, terangnya.
Dirinya hanya berharap dapat melanjutkan studi ke jenjang master dan doktor dengan biaya mandiri tanpa harus merepotkan kedua orang tuanya. Ika pernah mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri pada beberapa program beasiswa dalam negeri. “Tapi masalah baru muncul, skor TOEFL saya masih berada jauh di bawah ambang batas minimal yang disyaratkan”, bebernya sembari tersenyum.
“Skor TOEFL saya kala itu masih sekitar 400-an”, imbuhnya.
Padahal, seringkali lembaga pemberi program beasiswa mematok skor TOEFL di angka 500. Untuk mencapai skor TOEFL tersebut Ika mulai menyusun beberapa strategi praktis. Diantaranya memilih untuk lebih mengasah structure dibandingkan skill lainnya. “Dari beberapa skill yang harus dikuasai, saya kurang di grammar”, terangnya.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa Inggris diawalinya dengan mengikuti kursus selama 2 bulan. Namun toh hasilnya masih jauh dari cukup, sehingga Ika memutuskan untuk belajar secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang didapatkan secara online maupun buku teks. “Praktis rutinitas ini saya jalani selama 1 tahun. Alhamdulillah skor akhir TOEFL IBT mencapai 510”, kenang Ika.
Capaian tersebut membuat dirinya semakin mantap untuk berburu beasiswa. Sampai akhirnya Ika mencoba apply program beasiswa yang ditawarkan oleh Khon Kaen University Thailand melalui program KKU Scholarship for ASEAN and GMS Countries. Usaha dan upaya yang dilakukannya selama ini berbuah manis, Ika berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa dari Khon Kaen University tahun 2018. “Program ini akan saya tempuh selama 2 tahun, doakan lancar semuanya”, harapnya.
Khon Kaen University Thailand, selaku penyelenggara program akan memberikan beasiswa up to 670.000 bath (atau setara dengan Rp. 301.500.000,-) tergantung kepada program studi yang diambil oleh masing-masing awardee. (Tim Humas)