- 18 April 2025
- Rahmat Fandi Yusup
Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar Pelatihan Instruktur MPKSDI PWM Jatim 2025 untuk wilayah barat. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Seminar Lantai 4 Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) pada 18–20 April 2025.
Dalam sambutannya, Ketua MPKSDI PWM Jatim Dr. Phil. Moh. Rokib, S.S., M.A. memaparkan tiga model kaderisasi Muhammadiyah, yakni: kaderisasi Kintilan, Ngenger, dan Balikan.
Tiga Model Kaderisasi Muhammadiyah
1. Kaderisasi Kintilan
Merupakan kader yang tidak terikat secara struktural namun aktif mengikuti kegiatan pengajian, kajian, dan aktivitas Muhammadiyah. Mereka tertarik secara alamiah dan menjadi bagian dari gerakan melalui keterlibatan nonformal.
2. Kaderisasi Ngenger
Model ini menggambarkan proses kaderisasi dengan seseorang “mengabdi” atau mendampingi tokoh Muhammadiyah. Meski awalnya hanya ikut-ikutan, lambat laun mereka memiliki pemahaman ideologis hingga akhirnya dipercaya menjadi pimpinan.
3. Kaderisasi Balikan
Ditujukan bagi mereka yang secara kultural atau teologis memiliki latar belakang Muhammadiyah namun sempat menjauh. Ketika ada informasi atau kesadaran baru, mereka “balik” dan menyatakan diri kembali aktif dalam gerakan Muhammadiyah.
“Varian kaderisasi ini perlu dipahami secara lebih luas. Kaderisasi struktural itu sudah lazim, tapi ada model lain yang mungkin belum terpikirkan. Di sinilah pentingnya kita menyusun strategi kaderisasi yang tersusun rapi dan terprogram dengan baik,” jelasnya.
Merespons Perubahan Zaman: Dari Modern hingga Meta Modern
Dalam pelatihan ini, peserta juga diajak memahami perubahan zaman yang memengaruhi pola kaderisasi. Ketua MPKSDI PWM Jatim menyebutkan bahwa saat ini dunia telah memasuki era meta modern—sebuah fase setelah postmodern, yang terbuka terhadap segala kemungkinan.
• Era modern bersifat logis dan struktural.
• Era postmodern cenderung mengkritik dan mendekonstruksi struktur yang ada.
• Era meta modern bersifat terbuka, fleksibel, dan menghargai keberagaman pendekatan.
“Siapa pun bisa masuk Muhammadiyah jika memiliki niat dan semangat yang sama. Kita perlu terbuka dan terus beradaptasi,” imbuhnya.
Harapan dan Kolaborasi ke Depan
Ketua MPKSDI juga berharap ada dukungan aktif dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) untuk memastikan kegiatan kaderisasi berjalan dinamis. “Kalau MPKSDI di daerah sepi-sepi saja, mohon diingatkan. Ini penting untuk keberlangsungan gerakan,” pesannya.
Melalui pelatihan instruktur ini, MPKSDI PWM Jatim tidak hanya menegaskan pentingnya kaderisasi dalam berbagai bentuk—baik struktural maupun kultural—tetapi juga mengajak seluruh elemen Muhammadiyah untuk lebih adaptif terhadap dinamika zaman, memperkuat kolaborasi lintas tingkat, dan terus menjaga kesinambungan gerakan dakwah dengan pendekatan yang relevan, inklusif, dan berkelanjutan.