- 30 July 2021
- Administrator
UMPO.AC.ID-Program Kamus Mengajar yang diluncurkan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terbukti memberikan pengalaman baru bagi para pesertanya. Pasalnya, pelaksanaan program Kampus Mengajar Angkatan I tahun 2021 bersamaan dengan pandemi Covid-19, sehingga kreatfitas dan kemampuan mahasiswa sangat di uji dalam menerapkan keilmuan yang diperolehnya selama dikampus kepada masyarakat, serta dapat memberikan manfaat untuk menghadapi permasalahan di dunia Pendidikan.
Pengalaman inilah yang menjadi motivasi Predianto, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) untuk mengikuti program Kampus Mengajar di sela-sela kesibukannya mengerjakan skripsi. Selama pengabdian di SD Negeri 1 Jenangan Kecamatan Sampung Ponorogo, dia berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Negeri Surabaya.
“Datangnya kami ke lembaga sekolah berangkat dari kesadaran, dengan jalan Kampus Mengajar. Selama tiga bulan ( 25 Maret – 25 Juni) kami menciptakan suasana kekeluargaan sehingga mampu membentuk satu kesatuan tim yang memiliki kepentingan Bersama untuk pendidikan Indonesia” Pungkasnya
Lanjutnya, yang menjadi fokus kegiatan mereka adalah adaptasi teknologi dan bantuan administrasi. “Metode pembelajaran guru masih konvensional. Itulah tantangan kami, bagaimana kami memahamkan namun bukan berarti menggurui, tetapi memberikan rekomendasi metode mengajar di era teknologi”
Sementara pengalaman lain saat mengikuti Kampus Mengajar diceritakan Nadhila Sekar Pramesti, Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UMPO. Ia bersama tujuh rekannya mengabdi di SD Negeri 2 Sendang, Kecamatan Ngrayun.
Menempuh perjalanan selama 3 jam dari pusat kota dengan medan curam dan cukup sulit, mereka tetap semangat melaksanakan pembelajaran home visit, mengingat kondisi pembelajaran tata muka di sekolah belum memungkinkan karena pandemi dan akses internet sulit.
Selain home visit, mereka juga berinovasi dalam mengajar peserta didiknya, yakni memanfaatkan alam sekitar untuk outdoor study. Kemudian kegiatan Sabtu Sehat, Students Day untuk menggali potensi anak, Jadulimpik (olahraga), penyediaan madding sekolah, kegiatan keagamaan, hingga bergabung dalam segala kegiatan masyarakat.
“sebenarnya tugas utama kami adalah mengadaptasi teknologi. Di sekolah sudah ada fasilitasnya tapi karena minimnya SDM dan pengalaman jadi belum mampu mengoprasikan. Sehingga kami sebagai mahasiswa membantu mereka untuk menggunakan fasilitas tersebut” kata Lala, sapaan akrabnya.
Banyak hal yang membuatnya semangat dalam memberikan pendampingan teknologi, salah satunya adalah semangat peserta didiknya yang harus berjuang ekstra untuk dapat mengakses internet, seperti ke sawah hingga mendaki gunung hanya untuk mengunduk materi dan soal yang kemudian dikerjakan di rumah. Tak sampai disitu, keesokannyapun juga harus mencari sinyal internet Kembali untuk mengirim jawaban tugas.
Dikutip dari dikti.kemdikbud.go.id, program Kampus Mengajar ini terfokus untuk membantu pembelajaran di masa pandemi, terutama di daerah 3 T (Terdepaan, Terpencil, Tertinggal) dan terakreditasi C. Para mahasiswa berkolaborasi dengan guru sekolah setempat untuk literasi dan numerasi yang kemudian menjadi kegiatan sekolah. (al)