- 24 August 2022
- Administrator
UMPO.AC.ID - Menyuarakan aspirasi sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah bukan hanya dengan melakukan aksi demo di pusat pemerintahan, tetapi bisa dengan cara yang unik dan kreatif melalui sebuah karya. Seperti yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) yang mengadakan lomba fotografi. Jika biasanya lomba fotografi bertema wisaata, model, atau potret kemanuasiaan, tapi BEM FISIP UMPO ini justru mengangkat fenomena yang tengah hangat di Ponorogo yakni jalan rusak.
Berangkat dari pengalaman anggotanya serta cuitan masyarakat Ponorogo yang komplen terhadap keberadaan infrastruktur tersebut, munculah ide untuk membuat kompetisi memotret kondisi jalanan di Ponorogo, karena dengan hasil bidikan kamera itulah pesan kritik dapat tersampaikan.
“Kami tidak ada tendensi apapun. Ini memang pure pengalaman pribadi dari teman-teman BEM ketika perjalanan ke kampus atau mau rapat selalu melewati jalan berlubang, bahkan ada yang sampai jatuh”, ujar Ketua BEM FISIP UMPO, Muhammad Ridwan Ramadhani
Lomba yang diikuti oleh siswa SMA/SMK sederajat ini diunggah di sosial media peserta serta harus menyertakan alamat keberadaan jalan rusak. Hal ini dilakukan guna menciptakan rasa peduli sosial serta menerangkan bahwa jalan rusak bukan isu belaka melainkan memang ada.
“Sebagai ajang kritik kepada pemerintah karena masyarakat sudah rindu lewat jalan yang mulus”, imbuhnya
Sementara, Dekan FISI UMPO, Ayub Dwi Anggoro, Ph D menjelaskan kompetisi fotografi ini sebagai upaya mengingatkan pentingnya kelayakan infrastuktur di Ponorogo terutama jalan agar segera diperbaiki. Menurutnya, fenomena jalan rusak di Ponorogo semakin panjang
“Apakah kritik mengingatkan pemerintah tentang kinerja belum bagus tergantung interpretasinya. Itu bagian mengingatkan pentingnya jalan di Ponorogo untuk segera diperbaiki" ujarnya
pemkab harus gercep menangani persoalan tersebut, serta edukasi dan literasi kondisi Ponorogo juga penting diketahuai masyarakat sehingga tidak terkesan terutup atau janji belaka yang belum tentu ada kepastian. (Laksmita/Humas)