- 05 April 2023
- Administrator
UMPO.AC.ID - Puasa bukan hal lasing bagi masyarakat Indonesia. Orang Indonesia adalah orang yang ahli tirakat dalam dalam arti menahan untuk tidak makan dan tidak minum, terutama pada masyarakat jawa. Orang jawa hampir dalam setiap acara tertentu masyarakat jawa berpuasa, tidak makan dan minum sehari semalam atau yang terkenal dengan puasa pati geni. Adapula puasa Senin-Kamis, adalagi puasa tujuh hari-tujuh malam, dan masih banyak lagi.
Lalu pertanyaannya, apa itu puasa?, apakah puasa Ramadhan sama dengan puasa pada umumnya?
Dalam Bahasa arab, puasa disebut juga shaum atau shiam. Kata ini berasal dari kata shaamu, yashuumu dan shauman wa shiyaaman. Arti puasa menurut bahasa adalah menahan, yakni menahan diri dari melakukan sesuatu.
Secara etimologi, sebagaimana dalam kamus Al-‘Ayn karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (718 – 789 M) shaum atau shiyam terbentuk dari akar kata yang berarti imsak (menahan), shamt (diam tidak bicara), rukud (diam tak bergerak), dan wuquf (berhenti).
Secara bahasa berarti meninggalkan atau tidak makan-minum, tidak bicara, dan tidak melakukan aktivitas apapun. Jadi puasa menurut syariat islam adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar (subuh) hingga terbenamnya matahari (Maghrib) dengan niat karena Allah disertai dengan syarat-syaratnya.
Puasa Ramadhan tidak sama dengan puasa yang dilakukan masyarakat Jawa pada umumnya. Bukan untuk kuat-kuatan menahan atau betah-betahan luwe. Tetapi puasa Ramadhan yang dilakukan di bulan Ramadhan hanya sebatas terbit fajar (subuh) hingga terbenamnya matahari (Maghrib)
Lantas untuk siapa puasa Ramadhan?
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita perhatikan fenomena di sekitar. Masyarakat disekitar kita majemuk, tujuan mereka dalam berpuasa berbeda-beda. Jika dibandingkan puasa untuk diet dan puasa dalam syariat islam memiliki dampak berbeda.
Puasa diet berdampak pada fisik. Sedangkan puasa syariat islam, manfaatnya lebih dari itu. Puasa dalam syariat islam mengarah pada dimensi kejiwaan, sehingga berdampak lebih luas, sebab jiwa adalah software kehidupan kita.
Dimensi kejiwaan yang menjadi sasaran dalam puasa sesuai syariat islam adalah control emosional, yang meliputi sifat pemarah, pendendam, iri, pembohong, penggunjing, dan riya’. Sifat tersebut saat puasa Ramadhan akan dibakar sehingga tumbuh sifat sosiosentris dan akhirnya menjadi sifat spiritualsentris, yang menuju ke pengampunan yang Kuasa dengan suka bersedekah dalam keadaan apapun, tidak suka marah, dan pemaaf, serta cepat sadar apabila melakukan kesalahan dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT.
Red: Dr, Sumaji, M.Pd / Dosen UMPO
Edt : Ajeng Laksmita / Humas UMPO